Selasa, 09 Desember 2014

Andre Graff  “PAHLAWAN DARI PRANCIS UNTUK LAMBOYA”

Andre Graff adalah seorang warga Prancis, tepatnya kelahiran Alsace – Munster – Prancis tanggal 24 Juli 1957 Selama lebih dari 20 tahun, Andre Graff menghabiskan waktunya di langit berbagai negara dengan menggunakan balon udara karena ia berprofesi sebagai pilot balon udara namun ia lebih memilih meninggalkan negara asalnya dan juga meninggalkan segala kemapanan hidup di negerinya demi berpetualang dan lalu menetap di sebuah wilayah timur Indonesia, yaitu daerah Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 
Pria alumni Fakultas Biologi, Universitas Strassbourgh, Prancis ini adalah sosok yang pernah melewati karier sebagai pelatih pilot dan juga pemimpin sebuah perusahaan pariwisata demi mendukung pariwisata di Perancis. Tahun 2003 ia memutuskan resign dari segala pekerjaannya di Perancis dengan alasan menderita penyakit Lymd atau boreliose, satu penyakit yang disebabkan serangan virus serangga yang masuk pada aliran darah, yang bisa saja menyebabkan kematian karena kemampuannya mematikan syaraf otak. Tahun 1990 dan 2004, Graff mengunjungi Bali sebagai turis. Dari Bali dia menyewa perahu layar dan bersama tujuh wisatawan asing dari sejumlah negara menjelajahi beberapa pulau di Nusa Tenggara Timur (NTT), seperti Sabu Raijua, Sumba, Solor, 
Saat itu Graff berjanji akan mengirimkan foto yang mereka buat kepada warga setempat. Jumlahnya mencapai 3.547 lembar, seberat 25 kilogram. Agustus 2004, ia memutuskan mengantar sendiri foto tersebut kepada sejumlah warga di NTT. Juni 2005, dia singgah di Sabu Raijua dan menetap di kampung adat Ledetadu. Warga di kampung itu kesulitan air bersih. untuk mengambil air sumur di dataran rendah. 
Hatinya terketuk ketika Setiap hari menyaksikan para perempuan dan anak-anak kecil harus berjalan kaki terengah-engah akibat menempuh perjalanan berkilo-kilometer dan juga mendaki gunung demi memperoleh air untuk keperluan sehari-hari di siang bolong. Dari sini Graff juga menyaksikan bahwa akibat tiadanya air bersih ini maka anak-anak kecil juga tidak mandi, sementara kebanyakan masyarakat pada akhirnya juga melakukan MCK secara sembarangan. Keadaan ini tak pelak hanya menimbulkan serangkaian penyakit yang menimpa warga di perkampungan adat itu sendiri. Sebagai contoh adalah bisul, TBC, malaria, gatal-gatal, dan masih banyak lagi. Keprihatinan itu pada akhirnya membuat Graff sukarela turun tangan untuk membantu warga demi mengatasi kesulitan dalam mendapatkan air. Andre pun berhasil mengatasi kekurangan air masyarakat kampung di sabu raijua berkat sumur buatannya dan sekarang mereka bisa membuat sumur sendiri.

Dari Sabu Pindah ke Lamboya, Sumba Barat 
pada akhir tahun 2007 Andre memutuskan untuk hijrah menuju Lamboya, salah satu daerah di Sumba Barat. Tepatnya di Kampung Waru Wora, Desa Patijala Bawa, Lamboya – Sumba Barat. 
Di Lamboya, Andre bertempat tinggal dengan seorang Kepala Suku atau lebih dikenal dengan istilah ‘Rato,’ dan kemudian tetap melanjutkan misinya dalam membuat sumur untuk warga. Bahkan di kampung ini ia juga membentuk satu kelompok yang beranggotakan sembilan pemuda dengan program kerja membuat gorong-gorong. Mereka tergabung dalam kelompok GGWW, yaitu “Gorong-gorong Waru Wora.” 
Dari komunitas GGWW ini, selain membangun sumur, Andre juga mengembangkan sayapnya yaitu berupa pembuatan filtrasi air, dengan tujuan agar masyarakat bisa langsung menikmati air sumur tanpa memasaknya lebih dulu. Hal itu didasari pada penghematan waktu, dan juga pengurangan kerusakan serta pencemaran lingkungan sebab masyarakat tidak akan lagi butuh memasaknya menggunakan kayu bakar. Langkah Andre dalam meminimalisir terjadinya polusi juga dilakukan dengan cara memanfaatkan energi matahari guna menaikkan air dari lembah menuju ke permukaan dan disebarkan ke area perkampungan. Demi mendapatkan pengetahuan mengenai hal itu, maka Andre juga tak sungkan untuk pergi ke pulau Bali dan menjumpai seorang ahli tenaga matahari di Denpasar. Selanjutnya mereka bersama-sama melakukan evaluasi terhadap air sumur dan permukiman warga Sumba, hingga terbentuklah Pilot Project Waru Wora (PPWW) yang kali ini memiliki proyek berujud sinar sel. 
 
Kehidupan Andre Graff di Sumba 
Masyarakat Sumba memanggilnya ”Andre Sumur”. Warga di tempat tinggalnya, Lamboya, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, menyapa dia Amaenudu, orang yang baik hati. Ini karena perjuangannya mengadakan sumur gali bagi warga Sumba dan Sabu Raijua. Andre Graff harus banyak mengeluarkan biaya demi menjalankan misi-misinya, sebagai contoh adalah harus mengeluarkan dana sendiri sebesar 22 juta rupiah setiap tahun demi biaya visa, sedangkan demi kehidupan sehari-hari dan juga menambah biaya kerja, iapun rela merogoh kocek pribadi yang salah satunya didapatkan dari hasil sewa rumahnya di Prancis.

Minta Dikubur di Sumba 
Jika kelak meninggal, Andre berkeinginan untuk dikuburkan di Sumba bersama rakyat-rakyat jelata yang sangat dihormatinya. Bahkan Andre juga telah menandatangani surat persetujuan dengan Kedutaan Besar Prancis agar jasadnya tidak dikirim pulang ke Prancis. Biasanya pemerintah akan mengirim tubuh almarhum kembali ke rumah . Saya telah mengatakan tidak perlu . Saya ingin pergi ke tanah orang-orang miskin dengan biaya termurah . Tubuhku tidak memiliki makna, tapi saya harap tindakan saya di sini melakukan .

Dia adalah pahlawan bagi masyarakat sumba, sosok laki-laki asal Prancis yang mencurahkan hatinya pada satu daerah timur Nusantara dan lantas mendedikasikan hidupnya di sana. Ialah pria asal Prancis bernama Andre Graff.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar