Kamis, 27 November 2014

HOST INSERT MEMAKAI BUSANA SUMBA PADA INSERT AWARDS 2014

Kekayaan Tenun ikat dari pulau Sumba, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berjaya dalam acara yang disiarkan secara langsung Rabu 27 November 2014 malam. Award yang sekaligus merayaan ulang tahun ke-11 program Insert Trans TV ini mengambil tema 'Iconic'. Menariknya Para host Insert, seperti Indra Herlambang,Fenita Arie, Astrid Tiar, Ananda Omesh, Addry Danuatmadja tampil memukau dengan balutan busana tenunan Sumba yang dimodifikasi. Tidak hanya para host, Anjasmara saat menerima penghargaan Celebrity With Healty Lifestyle tampil dengan menggunakan jas modifikasi tenun ikat Sumba. Kain tenun Sumba memang mempunyai keunikan sendiri, mulai dari proses persiapan bahannya, kain sumba menggunakan bahan-bahan alami, untuk pewarnaan kain tenun sumba menggunakan berbagai daun dan akar-akaran, karena dengan warna alami ini kain tenun sumba warnanya semakin lama semakin bagus tidak pudar. Pembuatan kain tenun sumba ini diwarisi secara turun-menurun dari nenek moyang. Kain tenunan sumba yang di gunakan di acara insert award trans TV didominasi oleh tenunan dengan pewarna alami. Tenun Sumba juga berlanjut di program live berikut Trans TV late night show. Karena jadwal siaran yang berdekatan dengan program sebelumnya dan tema masih seputar HUT Insert, busana yang sama digunakan lagi di program tersebut oleh para host dan bintang tamu.
 


 
DENNY WIRAWAN MENAMPILKAN 12 RANCANGAN BERTEMA KAIN SUMBA DI BELANDA
 
Dua desainer kenamaan Indonesia Denny Wirawan dan Tuty Cholid menggelar fashion show Persembahan Anak Negeri pada Resepsi Diplomatik di The Kurzaal, Steigenberger Kurhaus Hotel Den Haag, Rabu, 20 Agustus 2014. Pada acara bertajuk The Pride of the Indonesian Heritage itu, Denny Wirawan menampilkan 12 rancangan busana yang bertema Tenun Sumba dan Tuty Cholid menampilkan koleksi busana bertema Batik dan Jumputan yang memesona publik di Belanda. Dalam fashion show tersebut, Denny Wirawan memilih untuk menampilkan Tenun Sumba, karena mengaku jatuh cinta terhadap kain yang punya banyak nilai filosofi tersebut, saat sedang membina perajin kain di Sumba. Denny mengatakan, seni kerajinan kain Tenun Sumba adalah karya kain warisan nenek moyang yang memiliki nilai filosofi tinggi. Kain ini dipakai dalam berbagai upacara adat, kelahiran, kematian, dan pasola (balap kuda).
Dengan persiapan yang terbilang singkat, yakni 2 bulan, Denny mampu menyiapkan konsep busana siap pakai, deluxe, wearable serta mix & match. Tak lupa, agar tidak terlalu terkesan tradisional, Denny “menyulap” Tenun Sumba yang kaya warna hitam, merah, dan kuning menjadi koleksi coat, jaket, sampai gaun malam, dengan tambahan payet serta batu untuk menambah kesan klasik glamour. Tuty Cholid mengusung tema batik dan jumputan dalam karyanya. Tuty memilih motif batik bunga-bunga kecil, karena diyakini lebih mudah masuk untuk pasar Eropa yang terkenal menyukai motif simpel dan minimalis.
"Saya menampilkan Tenun Sumba dalam koleksi jaket, coat, dan bolero. Saya begitu jatuh hati dengan tenun khas Sumba dan saat ini sedang membina perajin di sana. Mereka adalah para perajin Sumba Mitra Binaan BNI,
"Konsepnya 'La Mer et du Soleil', di sini saya kagum sekali pada keindahan alam Sumba, keadaan geografisnya dan pemandangan mulai dari laut biru hingga matahari terbenam di sana. Oleh karena itu saya menggarap tenun Sumba yang memang sudah terkenal. Ini juga dalam rangka kerjasama saya dengan Cita Tenun Indonesia (CTI) untuk mengembangkan tenun ikat Sumba” Terang Denny.
 
 






BUSANA MOTIF KAIN SUMBA PADA JAKARTA FASHION WEEK 2015
 
Itang Yunasz atau bernama lengkap Yusjirwan Yunasz (lahir di Jakarta, 31 Desember 1958; umur 55 tahun) adalah perancang busana terkenal asal Indonesia. Memulai karier pada tahun 1981, setelah meraih juara kedua dalam Lomba Perancang Mode Femina. Itang pernah mendapat penghargaan dari Presiden Fidel Ramos bertajuk Asian Women Foundation. Berbeda dari show Itang Yunasz sebelumnya, kali ini Itang Yunasz merepresentasikan koleksi busana muslim terbarunya yang bermotif kain sumba lewat show tunggal untuk pertama kalinya di ajang Jakarta Fashion Week 2015 di Senayan City dengan tema Exotic Journey pada senin 2 November 2014, perancang yang telah bergelut di ranah mode selama 30 tahun ini mengeluarkan 60 busana yang ditampilkan untuk busana muslimiah dengan memakai kain sumba sebagai bahan pembuatan busana . Inspirasi dari perjalanan ke tanah Indonesia belahan Timur yang eksotik menjadi tema untuk koleksinya, pulau Sumba dengan guratan tenun ikatnya yang khas cukup menarik untuk diangkat ke dunia internasional. Guratan tenun dan ornamen sumba ditampilkan lewat siluet bertumpuk pada jaket panjang, blus tunik, gamis dengan aksen ruffles, pleated skirt dan celana yang mendominasi.






















Selasa, 25 November 2014

BERI DAKU SUMBA (PUISI TAUFIQ ISMAIL)
 
Taufiq Ismail adalah seorang sastrawan senior Indonesia yang dilahirkan di Bukittinggi dan dibesarkan di Pekalongan, ia tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan yang suka membaca. Ia telah bercita-cita menjadi sastrawan sejak masih SMA. Dengan pilihan sendiri, ia menjadi dokter hewan dan ahli peternakan karena ingin memiliki bisnis peternakan guna menafkahi cita-cita kesusastraannya. Ia tamat FKHP-UI Bogor pada 1963 tapi gagal punya usaha ternak yang dulu direncanakannya di sebuah pulau di Selat Malaka.
Taufiq Ismail mengungkapkan rahasia di balik karyanya yang berjudul "Beri Daku Sumba".
Puisi yang menggambarkan indahnya wilayah Sumba itu ternyata dibuat sang maestro pada 1970 tanpa pernah berkunjung ke sana sebelumnya. Dia membuatnya berdasarkan cerita teman dan visualisasi pemandangan Uzbekistan. Berawal tahun 68 dari pergaulan saya dengan Umbu Landu Paranggi yang berasal dari Sumba... Dia berkali-kali bercerita tentang Sumba. Taufiq pun menjadi sangat tertarik pada Sumba dan ingin sekali ke sana. Sayangnya, itu tidak kunjung terwujud, dia justru mengunjungi Uzbekistan. Di negara pecahan Uni Soviet tersebut, Taufiq menemukan gambaran keindahan. Kuda-kuda, tanah luas, dan juga pantai, persis seperti Sumba yang ada dalam bayangannya selama ini. Dari situlah dia terinspirasi membuat puisi "Beri Daku Sumba", sebagai perlambang harapan bisa segera mengunjungi pulau di Nusa Tenggara Timur itu. Taufiq akhirnya menginjakkan kakinya di Sumba sekitar 20 tahun setelah puisinya dibuat. Itu adalah satu-satunya pengalaman baginya berkunjung ke sana.


BERI DAKU SUMBA
Oleh Taufik Ismail


Di Uzbekistan, ada padang terbuka dan berdebu
Aneh, aku jadi ingat pada Umbu

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga

Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana

Beri daku sepotong daging bakar, lenguh kerbau dan sapi malam hari
Beri daku sepucuk gitar, bossa nova dan tiga ekor kuda
Beri daku cuaca tropika, kering tanpa hujan ratusan hari
Beri daku ranah tanpa pagar, luas tak terkata, namanya Sumba

Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh
Sementara langit bagai kain tenunan tangan, gelap coklat tua
Dan bola api, merah padam, membenam di ufuk teduh

Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari bagai bola api, cuaca kering dan ternak melenguh
Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda
Yang turun menggemuruh di kaki bukit-bukit yang jauh.
KAMI SUMBA BUKAN SUMBAWA

keasikan nonton Net Entertainment news, presenter acara ini menyebutkan tentang film layar lebar kolosal Indonesia "PENDEKAR TONGKAT EMAS" yang mengambil lokasi shooting di Sumbawa. jujur saja berita ini menyakitkan hati... bukan karena film layar lebarnya tapi lebih ke penyebutan lokasi shooting film tersebut yang sebenarnya berada di pulau sumba bukan di sumbawa....ada aja yang bikin panas telinga orang sumba, saya rasa presenter ini pada saat sekolah tidak belajar geografi makanya tidak bisa membedakan mana sumba dan mana sumbawa. pulau sumba itu besar bos dengan luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). sebagai orang Sumba jelas ini merugikan buat kami, ini mengingatkan pada saat masi merantau dulu...kalau di tanya sama orang jawa "mas kamu orang mana"??, orang sumba mas,... oooo sumbawa ya??? tidak sumba mas..pulau sumba...NTT, ooo sumba itukan sumbawa ya mas?? tidak mas, sumba itu pulau sendiri di Nusa tenggara timur... oo tak kiraiin sama mas...!! (pengen tabok ni orang...hehehehe)...jelas sangat kecewa...masi banyak orang yang belum bisa membedakan antara pulau sumba dan sumbawa...saya kira selama ini masyarakat biasa saja yang tidak bisa membedakan, ehh ternyata seorang presenter dengan segudang wawasan juga tidak bisa membedakan pulau ini dan ini bukan hanya sekali ada beberapa pembawa berita juga yang tidak bisa membedakan pulau sumba dan sumbawa, pada dasarnya kedua pulau ini terletak di propinsi yang berbeda...sumba berada di NTT dan sumbawa berda di NTB...kita sesema orang indonesia masi susah membedakan sumba dan sumbawa, sedangkan turis-turis manca negara yang pernah datang ke sumba sangat mengagumi daerah ini....

tapi syukurlah ada juga pernyatann yang bikin orang sumba bisa berbangga, tengok saja komentar dari Nicholas Saputra, Celia Latjuba, dan Tara Basro.

Nicholas Saputra "Aku seneng banget bisa berada di Sumba untuk mengikuti sebuah produksi film. Lokasinya sangat membantu kita sebagai pemain film untuk merasakan, untuk membuat dunia yang beda, yang mungkin kalau tempatnya tidak jauh dari tempat kita biasa hidup agak sulit dapetnya. Contohnya seperti di salah satu set kita di deket mata air ada sungai itu ada kampung ceritanya di mana Elang tinggal. Suasana kampungnya, orang-orangnya, alamnya, rumah-rumahnya, membantu kita untuk berimajinasi untuk fit emotion sama suasana," ujar Nicholas panjang lebar dalam sebuah video Behind the Scene.

Tak cuma Nicholas, si cantik Eva Celia juga merasakan hal serupa. Bahkan putri dari Sophia Latjuba itu mengaku dirinya sudah merasa di rumah dan enggan tuk pulang ke Ibukota."Rasanya aku telah belajar banyak dari budaya di sini, dari mereka yang tinggal di sini (Sumba). Mereka yang di rumah selalu bilang, 'Ayo dong pulang, pulang', tapi aku merasa di sini sudah seperti rumahku sekarang," jelas Eva.

Taras Basro sampe-sampe tidak mau pulang ke Jakarta
Tara Basro menyatakan alasannya “berontak” tidak mau pulang, yakni masih ingin menikmati pemandangan alam Pulau Sumba. Justru kami enggak mau pulang dari Sumba. Kami justru cinta banget sama Sumba, biasanya, waktu break syuting kami gunakan untuk jalan-jalan. Misalnya naik kuda di padang rumput atau berenang di laut dan menikmati air terjun.Pokoknya bikin ketagihan. Mau banget balik lagi ke sana.

Foto Celia Latjuba di sumba














Rabu, 12 November 2014

KAIN SUMBA MEMPESONA DUNIA


Tidak sekadar indah, selembar kain tenun Sumba juga penuh makna. Relasi masyarakat dengan kain tenun Sumba dalam kehidupan mereka diawali saat kelahiran, disusul pernikahan, hingga akhirnya kematian. Sayang, keindahan kain Sumba justru lebih banyak dikagumi orang asing.

Sumba kain atau berarti juga kain Sumba merujuk pada hinggi, yaitu busana adat lelaki Sumba Timur di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hinggi berbentuk lembaran empat persegi panjang dengan ukuran sisi terpanjang sekitar 250 sentimeter dan sisi terpendek 80-150 sentimeter.

Di Sumba Timur, sentra kain Sumba terdapat di sejumlah pesisir utara dan timur laut, yaitu di Kanatang, Kambera, Rindi, Umalulu, dan Mangili. Sementara di Sumba Barat, sentra kain Sumba, antara lain, terdapat di Kodi, yang tepatnya berada di Sumba bagian barat daya.

Apabila dahulu kain Sumba hanya dikerjakan kaum perempuan, saat ini banyak pula kaum lelaki yang terlibat dalam pembuatan kain Sumba.

Hal ini karena manfaat ekonomi dari kain Sumba yang semakin menguat. Pembuatan kain Sumba tidak sekadar menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Sumba, tetapi telah menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat di daerah tersebut.

Namun, seperti halnya persoalan di banyak tempat di Tanah Air, tidak banyak anak muda yang tertarik belajar membuat kain Sumba. Panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk membuat kain Sumba sulit dipenuhi anak-anak muda yang pada masa kini memiliki banyak tuntutan dalam hidup. Salah satunya adalah tuntutan untuk bersekolah.

Perajin kain Sumba dari Desa Rende, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur, Rambu Margaretha, mengatakan, saat ini pembuatan kain Sumba lebih banyak dilakukan orang dewasa. Saat ini bahkan banyak orang tua berusia di atas 70 tahun yang meneruskan tradisi menenun kain di Sumba.

”Orang-orang tua itu membuat kain Sumba tanpa perlu menggambar atau membuat sketsanya lebih dulu. Motif atau coraknya langsung dibuat pada saat menenun dengan cara diikat. Sekarang banyak yang tidak bisa seperti itu. Motif atau corak kain harus digambar lebih dahulu di atas kain, baru kemudian diikat,” tutur Rambu.

Proses pembuatan kain Sumba, dikatakan Rambu, memakan waktu cukup lama, tergantung dari kerumitan motifnya. Salah satu kain Sumba yang memiliki tingkat kesulitan tinggi adalah kain Sumba yang motifnya mirip kain patola dari India. ”Terlalu banyak yang diikat,” kata Rambu.

Harga kain Sumba juga dibedakan menurut jenis pewarna yang digunakan. Untuk kain Sumba yang menggunakan pewarna sintetis, dikerjakan selama 5-6 bulan, harganya Rp 500.000-Rp 1 juta. Sementara kain Sumba yang menggunakan pewarna alami, dikerjakan selama 8 bulan-2 tahun, harganya jauh lebih mahal dari kain Sumba dengan pewarna sintetis.

Dari tumbuhan
Umumnya, bahan pewarna alami diperolah dari tumbuhan yang ada di Sumba. Zat pewarna biru (kawaru) dibuat dari daun woru atau nila atau tarum (Indigo tinctoria). Adapun zat pewarna merah diperoleh dari akar kombu atau pohon mengkudu (Morinda citrifolia). Zat pewarna hitam diperoleh dari penggunaan lumpur.
Proses pembuatan kain Sumba melalui beberapa tahapan, yaitu pembuatan corak, pewarnaan, kemudian menenun.
Menurut Rambu, pewarnaan dilakukan rata-rata 3-4 kali dan maksimal 6 kali.
Corak kain Sumba dikelompokkan dalam tiga bagian, yakni kelompok figuratif yang merupakan representasi dari bentuk manusia dan binatang, kelompok skematis (menyerupai rangkaian bagan, cenderung geometris), serta kelompok bentuk pengaruh asing seperti salib, corak patola (India), dan naga (China).
 
Upacara adat
Selain dikenakan dalam kegiatan sehari-hari, kain Sumba juga menjadi bagian dalam berbagai upacara adat.
Umbu Charma, perajin kain Sumba dari Rende, Sumba Timur, mengatakan, kain Sumba digunakan dalam berbagai upacara adat seperti pemakaman.
Dalam upacara pemakaman merapu, kain Sumba digunakan untuk membungkus jenazah. ”Untuk bangsawan, kain yang dibutuhkan sekitar 100 lembar, sedangkan untuk warga biasa, kain yang dibutuhkan 10-15 lembar,” kata Umbu.

Memesona dunia
Meski tak banyak generasi muda yang tertarik melestarikan kain Sumba, di antara daerah penghasil tenun ikat lungsi di Tanah Air, tenun ikat Sumba merupakan yang paling menarik perhatian dunia. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya kain Sumba yang menjadi koleksi sejumlah museum dan kolektor di luar negeri.

 

Tenun khas Sumba, Nusa Tenggara Timur. Salah satunya seperti yang terdapat di Museum Basel, Swiss. Kepala Museum Tekstil, Jakarta, Indra Riawan dalam pembukaan pameran wastra Sumba beberapa waktu lalu mengatakan, Museum Basel memiliki koleksi 5.000 lembar kain tradisional Indonesia dan 2.000 di antaranya merupakan kain Sumba. Kain tenun Sumba, tambah Indra, juga banyak dimiliki sejumlah kolektor dan museum di Belanda, Australia, serta Amerika Serikat.

Pemerhati kain, Judi Achmadi, memaparkan, kain Sumba mulai menarik perhatian masyarakat Eropa pada akhir abad ke-19. Mereka sangat tertarik dengan kain Sumba karena memiliki ragam hias dengan desain yang tegas, kaya warna, dan mudah dikenali.

Masyarakat Eropa yang terpesona kemudian membawa kain Sumba untuk dijadikan hiasan yang digantung di dinding rumah, diselempangkan di tempat tidur, dan dibentangkan di atas meja atau tempat tidur. Beberapa di antaranya kemudian juga menjadi koleksi museum. Sampai kapan keindahan kain Sumba hanya dikagumi masyarakat bangsa lain?



http://travel.kompas.com/read/2013/10/27/1219020/Kain.Sumba.Memesona.Dunia

INDONESIA EKSPOR 12 EKOR KUDA SUMBA KE MALAYSIA

Sebanyak 12 ekor kuda di ekspor Indonesia ke Negeri Jiran Malaysia pada tahun ini. Belasan kuda yang di ekspor dalam tahap pertama tersebut merupakan hasil terna Yayasan Pamulang Equestrian Centre, Pamulang, Tangerang Selatan.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, Nuz Nuzulia Ishak menuturkan ekspor binatang hidup tersebut mendorong peningkatan nilai ekspor produk binatang hidup sekaligus berkontribusi terhadap nilai ekspor non migas Indonesia.
"Ini juga salah satu upaya diversifikasi produk ekspor untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015," ujar Nuz saat peresmian ekspor kuda di Pamulang, Tangerang Selatan, Jumat (25/7).
Pemilik Yayasan Pamulang Equestrian Center Oetari Soehardjono menjelaskan 12 kuda yang di ekspor tersebut merupakan kuda asli Indonesia yang berasal daerah Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan jenis kuda sandel.
Belasan kuda tersebut diperuntukkan keperluan rekreasi di Taman Tasik Titiwangsa, Kuala Lumpur. Kelebihan dari kuda Sumba tersebut, ada pada postur, kaki yang kering sehingga lebih kuat, kukunya tanpa tapal yang tidak terpengaruh cuaca apapun.
"12 kuda ini merupakan hasil seleksi dari 80 kuda sehingga bisa memenuhi kriteria yang diminta oleh pihak Malaysia, salah satunya bebas dari penyakit. Ini dari peternak rakyat yang ditunjuk pemerintah Malaysia melalui Dewan Bandaraya (Pemerintah Daerah) Kuala Lumpur. Seleksi awalnya di Pasuruan, kemudian dilatih di sini. Asalnya kuda liar."
Nilai ekspor belasan kuda tersebut, lanjut Oetari, dibandrol sebesar Rp 30 juta hingga Rp 35 juta per ekor. "Sedangkan ongkos kirimnya sekitar Rp 30 juta per ekornya," katanya.

http://www.merdeka.com/uang/indonesia-ekspor-12-ekor-kuda-sumba-ke-malaysia.html
POTENSI PARIWISATA YANG BELUM DIKEMBANGKAN (SUMBA BARAT)

Wilayah Kabupaten Sumba Barat sebenarnya memiliki berbagai potensi kepariwisataan, terutama yang berjenis wisata alam dan budaya, pantai-pantai yang berada disumba barat sangat eksotis, air terjun, dan budaya wulla poddu dan pasola yang hanya ada di pulau sumba, namun potensi kepariwisataan tersebut belum dikelola dan dikembangkan dengan baik oleh Pemerintah Daerah. Harus disadari bahwa wisatawan melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah tujuan wisata tertentu adalah untuk mencari pengalaman baru, menemukan sesuatu yang aneh dan belum pernah disaksikannya. Wisatawan biasanya lebih menyukai sesuatu yang berbeda dari apa yang pernah dilihat, dirasakan, dilakukan di negara dimana biasanya ia tinggal. mengemas produk pariwisata harus mempertahankan keaslian lingkungan karena selalu lebih menarik dari pada yang dibuat-buat. Apabila daerah pariwisata kita dikelola dengan baik maka akan tercipta lapangan kerja, dimana pada umumnya pariwisata merupakan industri padat karya dimana tenaga kerja tidak dapat digantikan dengan modal atau peralatan dan juga akan menambah pendapatan asli daerah sumba barat itu sendiri.

Modal utama kabupaten Sumba Barat yang menarik kedatangan wisatawan :
1. potensi alam merupakan salah satu faktor pendorong seorang melakukan perjalanan wisata karena ada orang berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian fisik. Pantai-pantai yang berada di kabupaten sumba barat belum dikelola dengan baik.
2. potensi kebudayaannnya meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan. Masyarakat sumba barat memiliki berbagai ritual adat istiadat yang unik dan menjadi daya tarik wisatawan.
3. Letak pulau sumba yang berdekatan dengan pulau Bali dan Lombok yang merupakan daerah Pariwisata unggulan sebagai daerah tujuan pariwisata turis mancanegara dan domestik

Kekayaan potensi alam dan budaya yang dimiliki masyarakat Kabupaten Sumba Barat perlu diberdayakan dan ditingkatkan perannya untuk menunjang pembangunan pariwisata itu sendiri. Untuk menunjang pengembangan obyek wisata, aksesibilitas menuju ke obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di berbagai kawasan Kabupaten Sumba barat perlu ditingkatkan. Sarana wisata termasuk akomodasi, catering facilities, sarana komunikasi, sarana transportasi, dan sarana terkait lainnya perlu ditingkatkan untuk memberi kemudahan baik kepada wisatawan maupun masyarakat setempat.

Pemerintah daerah harus berani mengembangkan daerah wisata menjadi lebih baik melalui kebijakan-kebijakan yang potensial demi menunjang pengembangan daerah pariwisata, karena kabupaten sumba barat di dukung oleh Wisata alam dan budaya yang sangat menarik dan unik yang hanya ada di kabupaten ini dan kita juga di dukung oleh letak pulau sumba yang berdekatan dengan daerah pariwisata terkenal seperti pulau Bali dan Lombok.

Senin, 10 November 2014

PENGANUT ALIRAN KEPERCAYAAN MARAPU (SUMBA BARAT)

Pengertian Marapu 
Marapu adalah kekuatan supra natural baik yang bersifat oknum maupun yang tidak, yang tapi dalam berbagai bentuk. Kata marapu dapat pula diartikan suci, mulia dan sakti sehingga harus di hormati dan tak dapat di perlakukan sembarangan. (Nooteboom, Op, Cit. Hal. 35)
Hari demi hari penganut aliran kepercayaan Marapu semakin berkurang dengan pesat karena berpindah ke agama-agam resmi milik pemerintah. Menurut data Sumba Barat dalam angka Kab. Sumba Barat tahun 2010 penganut Marapu berjumlah 14.148 jiwa, merosotnya jumlah penganut ini diakibatkan oleh penyebaran dan pengembangan agama-agama resmi yang pesat.

Dari segi pelaksanaan aturan banyak yang melanggar plurarisme itu sendiri dan merampas hak-hak dari aliran kepercayaan itu sendiri, bebera hal yang di langgar antar lain :
1. Anak-anak dari aliran kepercayaan marapu harus memiliki agama resmi bila mendaftar kesekolah.
2. Kolom agama pada kartu tanda penduduk sering di isi dengan agama resmi.
Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Pasal 64 ayat 2
Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada pasal 1 bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak di isi, tetapi dilayani dan di catat dalam data base kependudukan.
3. Tidak adanya sosialisasi kepada aliran kepercayaaan untuk bisa mendapatkan akta nikah sesuai aliran kepercayaan yang di anut, seolah-olah aliran kepercayaan tidak bisa mendapatkan akta nikah kalau tidak menganut agama resmi.
padahal dalam undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam pasal 2 ayat 1, perkawinan sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu.
PERPRES no 25 tahun 2008 tentang persyaratan dan tata cara pendaftaran penduduk dan pencatatan sipl pada pasal 67 ayat 2 huruf (a), surat keterangan terjadinya perkawinan dari pemuka agama, pendeta atau surat perkawinan penghayat kepercayaan yang di tandatangani oleh pemuka penghayat kepercayaan.

Beberapa ritual atau tradisi MARAPU yang dijadikan ikon wisata kabupaten Sumba Barat antara lain :
1. Wulla Poddu (bulan suci aliran kepercayaan Marapu)
2. Pasola (tradisi melempar lembing).

Kebebasan beragama dan berkeyakinan

Kebebasan beragama dan berkeyakinan harus dilindungi oleh konstitusi itu sendiri agar jaminan terhadap adanya kebebasan bagi seluruh warga negara sebagai corak suatu negara yang beranega ragam dalam segi suku, budaya, bahasa dan agama.
Menurut Frans Magnis Suseno kebebebasan beragama mempunyai dua segi yaitu :
1. Hak setiap orang untuk hidup sesuai dengan keyakinan-keyakinannya serta kebebasan masing-masing untuk mengurus dirinya sendiri.
2. Kebebasan beragama juga memuat kebebasan untuk tidak beragama.
(frans magnis suseno, etika politik prinsio-prinsip moral dsar kenegaraan moderen, PT gramedia, jakarta, hal. 94).

Kebebasan dalam memilih atau menganut suatu agama atau aliran kepercayaan merupakan suatu yang berasal dari hati nurani dari setiap manusia yang berasal dan menjadi pilihan nuraninya sendiri tanpa paksaan dari siapapun.

Menurut Carillo De Albornoz bahwa Religius Liberty atau kebebasan beragama memiliki empat aspek utama, yaitu :
1. Kebebasan Nurani;
2. Kebebasan mengekspresikan keyakinan keagamaan;
3. Kebebasan melakukan perkumpulan keagamaan;
4. Kebebasan kelembagaan keagamaan;
(Abu Nasbin, demokrasi antara pembatasan dan pembebasan beragama serta implikasinya terhadap formalisasi islam. Hal. 42)

Norma-norma perlindungan hukum terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan
1. Undang-undang dasar 1945 (pasal 29 dan pasal 28E)
2. Universal Declaration Of Human Right, diratifikasi menjadi Undang-undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
3. Internasional Convenant On Civil And Political Right diratifikasi menjadi Undang-undang No 12 tahun 2005 tentang kovenan internasional tentang hak-hak sipil dan politik;
4. Undang-undang No 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;
5. Undang-undang No 40 tahun 2008 tentang Penghapusan segala bentuk diskriminasi Ras dan Etnis;
6. Peraturan Presiden No 25 tahun 2005 tentang Persyaratan dan Tatacara Pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

Pada dasarnya ini bukan masalah agama atau aliran kepercayaan mana yang benar dan salah, selama aliran kepercayan yang ada tidak melanggar norma-norma hukum yang ada maka tidak ada yang salah dari keberadaan Marapu di Sumba, Marapu adalah bagian dari budaya adat istiadat orang sumba yang tidak terpisahkan, jadi setiap orang yang menganut aliran kepercayaan ini tidak boleh di perlakukan diskriminatif karena undang-undang kita sangat melindungi pluralisme yang ada. Kalau semua penganut alira kepercayaan Marapu masuk ke dalam agama resmi pemerintah, lalu sapa yang akan menjalankan semua riual-ritual (wulla poddu n Pasola) yang menjadi ikon wisata kita.

Minggu, 09 November 2014


DEWA BUDJANA (SUMBA BARAT)

I Dewa Gede Budjana; lahir di RS Kristen Lende Moripa, Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, 30 Agustus 1963; adalah anggota grup musik Gigi.Dalam bukunya yang berjudul gitar ku: hidup ku, kekasih ku, terdapat Sebuah potret halaman buku agenda kerja ayahanda Dewa Budjana yang memaparkan detail situasi kelahiran gitaris yang bernama lengkap I Gede Dewa Budjana, ayah dari dewa budjana pernah bertugas di sumba barat sebagai ketua pengadilan waikabubak.Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik, khususnya gitar, sudah sangat dominan terlihat sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar di Klungkung Bali. Sampai-sampai, Budjana kecil pernah mencuri uang kakeknya untuk sekedar memeuhi keinginannya membeli gitar pertamanya seharga 10.000 Rupiah.Sejak memiliki gitar pertama inilah yang membuat Budjana tidak lagi memiliki semangat untuk bersekolah, baginya gitar adalah nomor 1. Pada saat itu Budjana mempelajari sendiri teknik bermain gitar, dan dia mampu dengan cepat mahir mempelajari lagu Deddy Dores berjudul Hilangnya Seorang Gadis dan lagunya The Rollies berjudul Setangkai Bunga, itupun disaat ia sama sekali belum tersentuh literatur-literatur musik/gitar yang formal.








PESTA ADAT ORANG LOLI (SUMBA BARAT)


pesta ada orang loli sumba barat sering di adakan pada bulan April sampai dengan  bulan september, pesta adat akan diikuti oleh tamu undagan dari berbagai suku di loli, ada yang membawa Kerbau, kuda, sapi dan Babi.  kerbau, kuda dan sapi  akan di sembelih dan babi akan di tikam dan dagingnya akan dibagikan ke seluruh tamu undangan yang datang, memang terkesan sebagai pemborosan bagi sebagian orang akan tetapi masyarakat loli masi melestarikan budaya ini, terbukti dari tahun ke tahun malah semakin banyak warga Loli yang mengadakan pesta adat.
















WULLA PODDU (SUMBA BARAT)

Sekarang warga Loli sedangkan melangsungkan ritual wulla poddu, wulla poddu sangat menarik wisatawan mancanegara. Wulla Poddu berasal dari kata Wulla yang berarti bulan dan Poddu yang berarti pahit. Wulla Poddu berarti bulan pamali/kramat atau bulan suci dimana seluruh warga harus menjalankan serangkaian ritual serta mematuhi sejumlah larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar antaranya :
  1. Tidak boleh memukul gong
  2. Tidak boleh mencuri
  3. Tidak boleh masuk kebun
  4. Tidak boleh membangun rumah
  5. Tidak boleh meratapi orang mati
  6. Tidak boleh berpesta
Ada beberapa lokasi pelaksanaan ritual Wulla Poddu di Sumba Barat diantaranya :
  1. Kecamatan Loli: Kampung Tambera, Kampung Bodo Maroto, kampung Gollu, Kampung Tarung setiap bulan Oktober - November; 
  2. Kecamatan Wanokaka: Kampung Kadoku 
  3. Kecamatan Lamboya: Kampung Sodana setiap bulan Oktober 
  4. Kecamatan Tana Righu: Kampung Ombarade setiap bulan Desember 
Tahapan dalam Wulla Poddu secara umum :
  1. Deke ana kaleku
  2. Tuba ruta
  3. Kaleisuna
  4. Tauna marapu
  5. Pogo mawo
  6. Nga’a luwa
  7. Toba wanno
  8. Woleka lakawa
  9. Regga Kulla
  10. Dudiki ina roma
  11. Sangga kulla
  12. Wolla karua
  13. Wolla wesa kapai
  14. Masusara male
  15. kalango





foto Deke Kawuku kampung Bodomaroto (Loli)
SUMBA FOUNDATION AUSTRALIA (SUMBA BARAT)

Telah memberikan berbagai proyek kesehatan, air bersih dan kualitas hidup yang lebih baik kepada masyarakat Sumba dan tetap menghargai dan melestarikan budaya dan tradisi nya yang rapuh .
dokter-dokter muda dari Queensland of University Australia ini rela meluangkan waktunya ke sumba hanya untuk membantu masyarakat miskin di lamboya, sumba barat agar tidak terjangkit Malaria, sedangkan warga Indonesia sendiri tidak peduli...salut buat mereka.

















Foto-foto distribusi kelambu berinsektisida tahan lama standar WHO kepada masyarakat kecamatan Lamboya dan kecamatan Lamboya barat kabupaten sumba barat.